Ibuku Inspirasiku

foto dokumen pribadi Siti Syahrani

Ibu adalah wanita yang sangat menginspirasiku. Jika semesta ini dapat berbicara, mungkin ia telah mengatakan bahwa ibuku adalah wanita terhebat . Terima kasih Tuhan sang mahapencipta alam semesta,  aku dilahirkan dari rahim seorang ibu yang sangat hebat.

Selama belasan tahun, hanya ibu yang mencari nafkah untuk anak-anaknya. Tidak hanya menjadi seorang ibu, melainkan juga menjadi figur seorang ayah. Hal itu tidaklah mudah untuk seorang wanita yang berdiri sendirian membesarkan anak-anaknya.

Ibu sudah kebal ketika ia harus berpindah-pindah tempat kerja. Seluruh Jakarta pun ia lalui setiap tahunnya, demi mencari pundi-pundi rupiah. Pagi hingga larut malam bekerja tanpa lelah yang ia tau hanyalah anaknya dapat melanjutkan hidup dengan layak.

Setiap pulang bekerja, ia selalu mengeluh dengan emosi yang menggebu-gebu.  Tanpa harus menghampirinya, aku melihat wajahnya yang menunjukkan bahwa ia lelah berjuang sendirian. Aku pun selalu merasa menjadi beban di keluarga ini yang akhirnya membuat aku membenci sosok ayah yang sesungguhnya.

Ibu mengajarkanku banyak hal, terutama menjadi orang yang tegas. Ibu sangat pandai menutupi kesedihannya dengan ketegasannya. Ia selalu menerapkan dalam keluarga, dengan sifatnya seperti itu aku merasa harus menjadi wanita seperti dirinya. Tegas bukan dalam arti jutek dan galak, melainkan menjadi wanita yang teguh pada pendiriannya.

Ibuku menjadi sosok seorang teman bagiku. Seiring berjalannya waktu, hanya aku dan ibuku di rumah. Keakraban terus terjalin setiap harinya. Bercengkramah tentang hal yang tidak penting dan juga mendengarkan keluh kesahnya setiap saat. Hal ini yang membuat aku tidak mau melewatkan hari-hariku tanpa mendengarkan cerita-ceritanya.

Kesibukan yang terus datang disetiap harinya, membuat ibuku terkadang merasa semakin berkurang waktu bersama-sama. Setelah kakak-kakakku pergi, hanya aku yang menjadi teman baginya. Ia selalu takut ketika aku memiliki kesibukan yang pada akhirnya nanti akan menjerumuskanku. Kalimat yang selalu ia berikan bernada tegas yang terus diingat, “Jangan macam-macam di luar sana, ya. Kamu wanita, harus jaga diri”. Kalimat yang selalu membuatku merasa selalu diingatkan olehnya.

Sekarang, usianya sudah menuju senja. Kekuatan tubuhnya pun akan berkurang. Aku tidak mau melewatkan sisa hari tuanya. Semua manusia di bumi ini pasti memiliki kesibukan, tetapi yang terpenting adalah memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk meluangkan waktu bersama ibu. Karier kapan pun dapat dikejar, tapi waktu bersama ibu tidak dapat diulang kembali dan hal itu sangatlah berharga. (Siti Syahrani Ramadhan Amin)

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *