CIREBON BB.Com–Ada peningkatan animo kelas menengah atas, termasuk masyarakat kota, untuk menggunakan layanan pendidikan madrasah. Madrasah mulai menjadi preferensi kelas menengah atas dalam mempersiapkan masa depan putera-puterinya. Tapi itu baru tertuju kepada sangat sedikit madrasah, masih jauh dari kondisi merata, karena kualitas madrasah masih rendah. Pelatihan guru, lokakarya, dan beragam upayapeningkatan kualitas madrasah sudah banyak dilakukan tapi secara umum kualitas madrasah masih belum menggembirakan. Di antara pangkal masalahnya, guru yang mengikuti pelatihan itu belum menyosialisasikan dan mendiseminasikan hasil pelatihannya kepada guru-guru lain, sebab ia bukan orang kunci semacam ketua KKG/MGMP/KKM atau pengawas yang mempunyai kewenangan dan kesempatan sosialisasi.
Demikian kataAbdullah Faqih, Kepala Subdirektorat Kelembagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama, pada lokakarya diseminasi praktik baik madrasah tingkat Jawa Barat di Cirebon, Rabu (12/10). Lokakarya diselenggarakan atas kerjasama Badan Pembangunan Internasional Amerika (USAID), melalui program PRIORITAS (Prioritizing Reform, Innovation, and Opportunity for Reaching Indonesia’s Teachers, Administrators, and Students), denganKantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Barat, untuk menyusun strategi diseminasi program USAID PRIORITAS guna mengembangkan keprofesian guru madrasah secara berkelanjutan. Lokakarya dihadiri oleh kepala madrasah, pengawas madrasah, pengurus KKM (Kelompok Kerja Madrasah), kepala Kemenag, dan kepala seksi pendidikan madrasah kab/kota mitra USAID PRIORITAS di wilayah Jawa Barat.
Faqih kemudian membeberkan strategi Kementerian dalam peningkatan kualitas madrasah. Pelatihan guru dan kegiatan lainnya harus berbasis output yang jelas dan terukur dengan desain yang apik. Pelatihan guru seypgianya berkelanjutan dan tidak hit and run. Ditempuh juga upaya reformasi LPTK/fakultas tarbiyah agar lebih mendorong inovasi pembelajaran dan manajemen madrasah. Manajemen madrasah dikembangkan berbasis transparansi dan melibatkan peran serta masyarakat, termasuk merevitalisasi semangat gotong-royong yang pernah menjadi kekuatan madrasah. Madrasah didorong untuk giat membangun public-private partnership, termasuk menggalang dana CSR, guna menopang kemajuan madrasah. Kementerian juga menjadikan mitra strategis di tingkat lokal, termasuk Kelompok Kerja Madrasah (KKM) sebagai local partner diseminasi program USAID PRIORITAS, dan guru kunci ada di KKG/MGMP/ KKM yang bersama pengawas madrasah mendorong perubahan di tingkat madrasah. “Kemenag telah mengalokasikan anggaran diseminasi praktik yang baik pembelajaran dan MBM program USAID PRIORITAS melalui DIPA Kemenag.Dalam konteks ini, KKM berfungsi sebagai cluster dalam implementasi kegiatan,” ucap Faqih.
Erna Irnawati, Koordinator USAID PRIORITAS Jawa Barat, mengatakan, strategi Kementerian dalam mengembangkan kaulitas madrasah itu sejalan dan sejalin dengan apa yang sedang dikerjakan oleh USAID PRIORITAS, yakni program in-service berupa pelatihan madrasah (guru, kepsek, komite, dan pengawas) dan pengembangan KKG/MGMP/KKM, dan program pre-serviceberupa pelatihan dosen LPTK dan guru pamong di madrasah lokasi PPL. Menurut Erna, apa yg sedang dikerjakan oleh kantor Kemenag, pengawas, kepala madrasah, dan guru-guru madrasah di daerah mitra USAID PRIORITAS itu telah mencerminkan kebijakan Kemenag pusat.“Kementerian tinggal memberikan dukungan yang kuat terhadap Kemenag daerah dari aspek penganggaran,” tutur Erna.
Yayan Herdiana, Kasi Madrasah Kemenag Kabupaten Tasikmalaya, sebut masalah utama pengembangan madrasah itu bukan hanya soal metodologi pembelajaran melainkan juga soal pengayaan materi ajarnya. Sebab itu, madrasah perlu juga membangun bekerjasama dengan perguruan tinggi umum untuk menopang para guru dalam pendalaman materi ajar mata pelajaran umum. “Apa yang dimaksud dengan tafqquh fiddin itu juga mencakup pendalaman ilmu sains dan sosial, bukan semata ilmu agama” kilah Yayan.
Kulsum, pengawas madrasah Kabupaten Bandung Barat, mengaku siap untuk memainkan peran kunci dalam pengembangan madrasah. “Ada semangat berbeda di kalangan para guru saat mereka merasa diperhatikan dan dibantu oleh pengawas,” katanya. Sebab itu, kata Kulsum, para pengawas memerlukan pembinaan intensif dari Kemenag untuk secara terus-menerus meningkatkan kapasitasnya. “Para pengawas perlu diprioritaskan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan semacam yang diselenggarakan oleh USAID PRIORITAS,” imbuhnya. (DS)