BANDUNG BB.Com–Keberadaan fasilitas umum di dinilai belum mampu memenuhi harapan kaum disabilitas. Terutama hal ini dirasakan penyandang tuna netra.
Ketua DPRD Provinsi Jabar berharap seluruh pemerintah kabupaten/kota di Jabar mampu mengimplementasikan setiap aturan terkait penyandang disabilitas. Hari disabilitas internasional yang diperingati pada Rabu (7/12) diharapkan menjadi momentum untuk mewujudkannya.
Inipun diharapkan menjadi momentum yang baik untuk meningkatkan keberpihakan kepada mereka. “Fasos/fasum bisa dilengkapi, agar ramah divabel,” kata Ineu saat menghadiri rally tongkat, di Panti Sosial Bina Netra Wyata Guna, Bandung, Rabu (7/12).
Pada kesempatan itu, Ineu pun mengikuti rally tongkat dengan kedua matanya ditutup. Menurutnya, memang tidak mudah menjadi penyandang disabilitas.
Melalui rally tongkat ini, dirinya bisa merasakan perjuangan luar biasa dari warga tuna netra dalam menjalani kehidupan sehari-harinya. “Perjuangannya luar biasa, termasuk dalam memperjuangkan hak-hak dia,” katanya.
Dia berharap, melalui hari disabilitas ini, pengakuan terhadap mereka bisa lebih diwujudkan. Kondisi inipun dirasakan penyandang tuna netra di Bandung.
Menurut Gian (23), salah seorang penyandang tuna netra, dirinya cukup khawatir ketika harus berjalan sendiri di jalanan di Bandung. Pasalnya, kata dia, trotoar yang ada sarat dengan pohon dan tiang listrik.
Kedua benda ini kerap dirasakannya saat menyusuri jalanan dengan bermodalkan tongkat. Bagi warga yang memiliki keterbatasan penglihatan seperti dirinya, hal ini cukup mengganggu.
Kondisi ini, kata dia, diperburuk dengan banyaknya kendaraan yang parkir di pinggir jalan. Sepeda motor hingga truk-truk besar kerap tersentuh olehnya meski sudah berjalan di jalur yang benar.
“Atau kadang-kadang mungkin ada hiasan-hiasan di pinggir jalan. Bagi yang lain mungkin itu bagus, tapi bagi kami,” kata dia sambil tersenyum saat ditemui usai rally tongkat dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional, di Panti Sosial Bina Netra (PSBN) Wyata Guna, di Bandung, Rabu (7/12).
Hal serupa diungkapkan Humas PSBN Wyata Guna, Suhendar. Menurutnya, Bandung masih jauh dari kata ramah tuna netra.
Hal ini terbukti dari minimnya fasilitas umum yang mendukung pergerakan warga tersebut. “Bahwa jalanan di Bandung belum punya akses untuk tuna netra, banyak sarana publik yang tidak berpihak ke teman-teman di sini. Banyak pohon, tiang,” katanya.
Dia menyebut, fasilitas umum di Solo dan Yogyakarta bisa menjadi rujukan bagi daerah lain jika ingin dianggap ramah tuna netra. “Kalau negara lain, di Jepang yang sudah bagus,” katanya. (**)