BANDUNG BB.Com-Dinas Pendidikan (Disdik) Provinsi Jawa Barat (Jabar) terus meningkatkan mutu pendidikan, terutama tingkat SLTA (SMA/SMK). Hal ini agar para lulusan SLTA dapat bersaing dalam lapangan kerja. Ke depan, lulusan SLTA, terutama SMK, tidak menjadi penyumbang angka pengangguran.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Kadisdik Jabar, ) Dr Ahmad Hadadi mengatakan, era globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki keterampilan dan kemahiran. Untuk itu, Disdik Jabar akan melakukan berbagai terobosan dan meningkatkan kerjasama dengan berbagai dunia usaha dan industri.
Dengan demikian, lulusan SLTA, khsususnya SMK di Jabar, begitu lulus, benar-benar sudah siap pakai, bersaing dengan memiliki keterampilan dan bersertifikasi sesuai dengan jurusannya.
“Hal ini sesuai dengan harapan Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan, bahwa sejak alih kelola SMA/SMK ke provinsi pada awal Jaunuari 2017, Pemerintah Provinsi Jabar akan terus meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya, dengan melengkapi sarana-prasana pendidikan, baik berupa gedung maupun peralatan praktek,” kata Ahmad Hadadi, di ruang kerjanya, Disdik Jabar, Rabu (22/2) lalu.
Terkait pembiayaan, kata Hadadi, dapat dianggarkan dalam APBD Jabar maupun minta dukungan dari APBN atau meningkatkan kerja sama dengan dunia usaha dan industri, seperti pihak dunia usaha industri menempatkan peralatan praktek di sekolah-sekolah.
“Tahun ini kami akan secara massif menjalin kerjasama dengan semua kalangan, baik dunia usaha maupun industri. Hal ini penting, agar lulusan SMK di Jabar selain mendapatkan STTB/ijazah, juga mendapatkan sertifikat dari institusi yang berkompeten dan terakui,” ujar Hadadi.
Saat SMA/SMK masih di bawah Disdik kabupaten/kota, lanjut dia, sebenarnya sudah cukup banyak lulusan SMK di Jabar diminati oleh bebera pelaku industri. Namun, tidak sedikit juga lulusan SMK tidak mampu bersaing dalam lapangan pekerjaan.
“Untuk itu, kami ingin lulusan SMK di Jabar benar-banar mampu bersaing dan memiliki keterampilan. Bahkan kita sudah merancang pola pendidikan di SMK itu 30 persen teori dan 70 persen praktik, sehingga begitu lulus sudah memiliki keterampilan,” ujarnya.
Hadadi mengatakan, lulusan SMK di Jabar tidak hanya mempu bersaing dalam negeri, tapi juga di luar negeri. Bahkan, Gubernur Jabar mengistilahkannya
“Jabar Mengembara”. Salah tujuan “Jabar Mengembara” adalah agar masyarakat Jabar yang akan bekerja di mana saja memiliki bekali lmu pengetahuan dan keterampilan.
“Selama ini masih cukup banyak migran Jabar menjadi buruh kasar di berbagai provinsi maupun luar negeri. Untuk itu, kami akan berikan berbagai pengetahuan dan keterampilan selama bersekolah, sehingga ke mana pun mereka akan bermigran, benar-benar sudah memiliki bekal keterampilan dan kemampuan keahlian,” tandas Hadadi.
Targetkan 50 Ribu Lulusan SMK Bersertifikasi
Selain itu, Disdik Jabar menargetkan sebanyak 50 ribu lulusan SMK se-Jabar memiliki sertifikasi keterampilan dan kemampuan keahlian, tahun ini. Hal ini sangat penting dalam menghadapi persaingan tenaga kerja di era MEA.
Kapala Bidang SMK Disdik Jabar, Dr Dodin R Nuryadin mengatakan, untuk mencapai target tersebut, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar melalui Disdik Jabar, akan membuat berbagai program terobosan untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidik dan kualitas lulusan, sehingga lulusan SMK se-Jabar memiliki daya saing, daya juang, dan siap kerja dengan bekal keterampilan dan kemampuan keahlian yang juga dibuktikan dengan sertifikasi.
“Program terobosan dan inovasi sudah kami siapkan, termasuk modul pelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan lapangan pekerjaan. Bahkan kami juga terus memperlebar jejaring dengan pelaku industri, sehingga para lulusan SMK di Jabar memiliki kesempatan kerja yang lebih luas. Ditambah lagi dengan sertifikasi yang diakui, baik dalam negeri maupun luar negeri/internasional,” kata Dodin, Rabu (22/2) lalu.
Disdik Jabar juga terus mendorong dan membangun jejaring dengan dunia usaha industri apa pun. Sebut saja, kerjasama dengan industri kendaraan ringan, seperti Honda, Toyota, Daihatsu, dan Suzuki.
Bahkan baru-baru ini, lanjut Dodin, Astra Group siap membangun dan memberikan peralatan praktek otomotif kendaraan ringan di beberapa sekolah SMK di Kuningan. Bahkan, selama ini ternyata sekitar 80 persen lulusan SMK Kuningan dapat diterima di perusahaan Astra Group.
Dodin juga mengakui, masih banyak SMK kekurangan fasilitas/sarana-prasarana pendukung peralatan untuk kerja praktik. Bahkan ada beberapa SMK, terutama swasta, tidak memiliki peralatan praktik sama sekali, sehingga siswa saat akan melakukan praktik terpaksa menumpang ke sekolah lain.
Permasalahan sarana prasarana SMK negeri maupun swasta, lanjut Dodin, bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga masyarakat, terutama peran pelaku dunia industri untuk dapat membantu memberikan peralatan praktik ke SMK-SMK.
Selain masalah sarana prasarana, tenaga pendidik dan kependidikan juga sangat penting. Belum lagi jumlah peserta didik yang minim. Untuk itu, pihaknya akan evaluasi SMK negeri yang masuk katagori kekurangan ini. “Kalau tidak memungkinkan untuk dikembangkan, kami akan usulkan ke pemerintah sebaiknya digabungkan atau marger saja,” tandas Dodin.
Terkait masih cukup banyaknya guru SMK yang dikatagorikan kurang produktif dan tidak memiliki keterampilan, kata Dodin, harus dibina dan dilatih, baik melalui pelatihan guru yang ada di Balai Pendidikan Guru Disdik Jabar atau diikutkan dalam berbagai pelatihan keterampilan di berbagai perusahaan industri, sehingga ilmu yang didapatkan dapat ditransfer ke para peserta didiknya.
Dodin juga mengimbau para pelaku industri untuk bersama-sama membantu peningktakan mutu pendidikan.
Perusahaan industri pasti membutuhkan tenaga kerja. Untuk itu, hendaknya dapat membantu dunia pendidikan dengan memberikan peralatan praktik bagi SMK. “Tegline SMK Winning the Globle Competition atau memenangi persaingan dunia yang dibekali dengan keahlian dan sertifikasi yang diakui secara internasional. Selain itu, lulusan SMK harus mampu bersaing, memenangi persaingan dan mengusai persaingan dalam memasuki MEA,” tegasnya.
Netty: Pelajar Jangan Takut Hadapi Ujian
Sementara itu, Bunda Literasi Jawa Barat, Netty Heryawan mengimbau, pelajar SLTA/SMK tidak boleh takut menghadapi Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) dan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), April mendatang. Ujian ini harus dipahami sebagai tangga kehidupan yang harus dilalui.
“Sebagai pelajar di tingkat SLTA kalian harus melewati tangga yang disebut USBN dan UNBK. Kalau takut dalam arti kata kita harus bersiap-siap, betul. Tapi kalau takut berlebihan yang didramatisir, itu membuat perasaan kita tidak relaks, tenang, santai, dan agak gugup menghadapi ujian nanti,” kata Netty di hadapan pelajar kelas XII saat memberikan Motivasi Menghadapi Ujian Nasional di SMAN 11 Bandung, Senin (27/2) lalu.
Menurut Netty, sebagai pelajar harus mempunyai jiwa sebagai ksatria atau pejuang yang pantang menyerah sebelum perjuangan usai. Menariknya juga, ujian ini dapat membangun karakter sesorang dalam menghadapi masalah kehidupannya. Di antarannya quiters yang berarti sering menyerah sebelu mencoba, tempers ketika seseorang mencoba tapi tidak sanggup menyelesaikan hingga menyerah, dan climbers, yaitu orang yang terus berusaha menyelesaikan setiap ujian.(***)