Bandung Akan Siapkan Teknologi Memprediksi Potensi Banjir

rlen-penggulangan-bencana2BANDUNG BB.Com– Kota Bandung sebagai kota metropolitan menaruh perhatian khusus terhadap isu-isu lingkungan urban, terutama dalam hal penanggulangan bencana. Oleh karena itu, Wali Kota Bandung, M. Ridwan Kamil diundang untuk menjadi Keynote Speaker pada acara The 2nd International Conference of TREPSEA 2016 (Transdiciplinary Research on Environmental Problems in Southeast Asia) dengan tema Urban Environment di The Papandayan Hotel, Selasa (20/09/2016).

Kepada para peserta, Ridwan memaparkan berbagai pola potensi kebencanaan yang ada di lingkungan Kota Bandung. Wilayah yang dipimpinnya ini memiliki sejarah di mana Bandung merupakan danau purba yang mengering sebagai proses lanjutan dari peristiwa letusan Gunung Sunda.

“Maka aktivitas seismik di Patahan Lembang masih menjadi potensi bencana di Kota Bandung,” tutur Ridwan.

Namun yang menjadi perhatian Ridwan saat ini adalah penanggulangan bencana yang sehari-hari lebih berpotensi menimpa Kota Bandung, yakni kebakaran dan banjir. Melalui berbagai upaya, kini Kota Bandung telah memiliki beberapa strategi penanggulangan bencana dengan memanfaatkan semangat kolaborasi Kota Bandung.

Ridwan mengemukakan, Kota Bandung telah memiliki 15-20 ribu tim relawan yang sudah dilatih oleh Dinas Pemadam Kebakaran untuk menjadi tim penanggulangan bencana.

“Warga Bandung ini memiliki semangat volunterisme yang tinggi. Maka nilai-nilai kolaborasi menjadi salah satu pertahanan kita dalam penaggulangan bencana. Jika terjadi kebakaran di satu wilayah, maka orang-orang ini yang akan memberikan pertolongan pertama,” jelas Ridwan.

Para relawan tersebut berada di bawah binaan Dinas Kebakaran yang pada tahun depan akan beruba nomenklatur menjadi Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana.

Selain itu, hasil kajian Kota Bandung terkait isu banjir dan sampah mengungkapkan bahwa sebagian besar jenis sampah yang menjadi penyebab banjir adalah plastik dan styrofoam.

“Jadi kita melihat tingkat konsumsi styrofoam ini terlalu berlebihan. BPLH saya minta mengkaji agar styrofoam ini bisa dikurangi atau dihilangan sama sekali,” ujar Ridwan.

Ia berharap dalam waktu sebulan ini hasil kajian tersebut dapat memberikan solusi untuk mengatasi tingginya volume sampah plastik dan styrofoam. Apabila perlu dihilangkan, maka akan dikaji pula alternatif lain pengganti kebutuhan plastik dan styrofoam ini.

Sebagai kota pintar, Kota Bandung juga tengah menyiapkan teknologi yang dapat digunakan untuk memprediksi potensi banjir. Pemkot Bandung bekerja sama dengan ITB untuk menciptakan teknologi ini.

“Dia (teknologi ini-red) menggabungkan peta, curah hujan, kemudian ke GPS. Nanti dia ada hitungan matematikanya,” papar Ridwan. Sehingga alat ini dapat memperkirakan letak genangan yang mungkin muncul di Kota Bandung.

Hasil prediksi tersebut akan dapat diakses oleh masyarakat. Tentunya ini akan berguna, baik bagi pemerintah dan masyarakat sendiri, untuk pertimbangan pengambilan keputusan atas aktivitas yang akan dilakukan.

“Sehingga bagus buat saya ngambil keputusan, bagus buat warga untuk menghindari genangan,” imbuh dia.


 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *